Menuntut ilmu sekalipun sampai ke negeri China
اطْلُبُوا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّين حدثنا أَبُو عَاتِكَةَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
Artinya: “Telah
menceritakan kepada kami Abu ‘Atikah, dari Anas bin Malik, ia berkata:
Rasulullah saw bersabda: Tuntutlah ilmu sekalipun di negeri China”.
Kedha’ifan hadis ini terletak pada perawi yang bernama Tharif bin Sulaiman Abu ‘Atikah al-Bashari atau al-Kuffi (al-Dhu’afa wa al-Matrukin li Ibn al-Jauzi, vol. II, hal. 63). Menurut an-Nasai dalam kitabnya al-Dhu’afa wa al-Matrukin, ia bukanlah orang yang tsiqah/kredibel (laysa bi tsiqoh) (vol.I, hal. 198), al-Bukhari mengatakan bahwa ia seorang munkar al-hadits (orang yang hadisnya diingkari) (Tahdzib al-Tahdzib, vol. XII, hal. 127). Selain itu Ibnu Abi Hatim dalam al-Jarh wa al-Ta’dil mengatakan bahwa ia adalah dzahib al-hadits (orang yang hadisnya hilang) dan dha’if al-hadits (orang yang hadisnya dha’if) (vol. IV, hal. 494). Para kritikus hadis juga telah mendla’ifkannya dalam kitab-kitab mereka; seperti Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Lisan al-Mizan (vol. VII, hal. 251), al-Dzahabi dalam Mizan al-I’tidal (vol. II, hal. 335), al-‘Uqaili dalam Dhu’afa al-‘Uqaili (vol. II, hal. 230).
Sesungguhnya para mukharrij mencantumkan hadis ini dalam kitab-kitab mereka dengan tambahan lafal di belakangnya: فَإِنَّ طَلَبَ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ (maka sungguh menunut ilmu itu wajib bagi setiap muslim).
Namun yang sering disampaikan oleh para mubaligh atau sering dijumpai
hanya sepenggal saja tanpa tambahan lafal tersebut setelahnya .
Rujukan :http://el-wathoni.com
Tiada ulasan:
Catat Ulasan