" tiada paksaan dalam (menganut agama Islam), sesungguhnya telah jelas (perbezaan) antara jalan yang benar dan jalan yang sesat"
-(Al Baqarah: 256)

Rabu, 31 Oktober 2012

Di sunatkan tidak memotong kuku dan rambut hingga selesai melaksanakan ibadah Korban

Disunnatkan tidak memotong kuku dan membuang rambut mulai 1 Zulhijjah sehinggalah selesai melaksanakan ibadah korban . Ini khusus kepada orang yang hendak melaksanakan ibadah korban sahaja.Sebagaimana sabda Nabi s.a.w. yang bermaksud,” Apabila masuk 10 haribulan Zulhijjah, sedangkan salah seorang dari kamu mahu berkorban, maka janganlah membuang sesuatu anggota rambut dan kulit (atau kukunya).”Hadith riwayat Muslim.
Bagi mereka yang ingin melaksanakan ibadah korban, dia tidak boleh menggunting rambut dan memotong kukunya mulai tarikh 1 Zulhijjah sehingga dia melaksanakan ibadah korban tersebut.
Sabda Nabi SAW: Jika telah masuk 10 hari pertama bulan Zulhijjah dan salah seorang antara kamu semua ingin menyembelih korban, janganlah memotong rambut dan kukunya walau sedikit. (riwayat Muslim di dalam Sahihnya, no:1977).
Larangan memotong rambut ini termasuk juga mencabut mahupun mencukur atau apa-apa cara yang boleh menghilangkan segala jenis rambut dan bulu di badan.Menurut Imam al-Nawawi r.a: “Yang dimaksudkan dengan larangan memotong kuku dan rambut adalah larangan menghilangkan kuku dengan memotong,menghilangkan rambut baik sama ada mencukur, memendek, mencabut, membakar,bahagain anggota badan yang lain”. (Rujuk Kitab Syarh Muslim karya Imam al-Nawawi, jil. 13, ms. 138-139.
Dinukil dari kitab Ahkaam al-’Iedain fis Sunnah al-Muthaharah karya Syeikh ‘Ali bin Hassan al-Halabi al-Atsari, Pustaka Imam asy-Syafie, Jakarta (2005), ms. 98).Bagi mereka yang sengaja atau tidak sengaja memotong kuku ataupun rambut sebelum melaksanakan ibadah korban, memadai dia memohon keampunan kepada Allah dengan bersungguh-sungguh. Dia tidak dikenakan fidyah (tebusan atau denda).
(Sumber:Islam Grid)

Diriwayatkan dari Ummu Salamah Radhiyallahu’anha dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda.
Artinya : Apabila sepuluh hari pertama (Dzulhijjah) telah masuk dan seseorang di antara kamu hendak berkurban, maka janganlah menyentuh rambut dan kulitnya sedikitpun [Hadits Riwayat Muslim]
Hadits di atas tidak hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim (hadits no 1977), tapi sebagaimana dijelaskan Imam Syaukani, hadits itu juga diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud (hadits no 2791), dan Imam an-Nasa’i (Juz VII/hal. 211). (Imam Syaukani, Nailul Authar, Beirut : Dar Ibn Hazm, 2000], hal. 1008). Menurut Imam Suyuthi, hadits semakna juga diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah (Imam Suyuthi, Al-Jami’ Ash-Shaghir, I/25).
Pendapat para ulama tentang larangan memotong rambut dan kuku adalah sebagai berikut :
Imam Syafi’i : jika memasuki sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, maka barangsiapa yang bermaksud untuk menyembelih kurban, disunnahkan baginya untuk tidak mencukur rambut dan memotong kukunya hingga dia selesai menyembelih kurban. Menurut Imam Syafi’i dan para pengikutnya, memotong kuku dan mencukur rambut hukumnya makruh tanzih, bukan haram.
Imam Abu Hanifah berkata ; hal itu [mencukur rambut dan memotong kuku] adalah mubah, tidak dimakruhkan dan tidak pula disunnahkan.
Pendapat Imam Malik ada tiga riwayat; dalam satu riwayat, hukumnya tidak makruh, dalam riwayat kedua, hukumnya makruh, dan dalam riwayat ketiga, hukumnya haram jika kurbannya kurban sunnah (Imam Syaukani, Nailul Authar, Bab Maa Yajtanibuhu fi Al-‘Asyari Man Araada al-Tadh-hiyyah).
Adapun Imam Ahmad mengharamkan perbuatan tersebut.”
Imam Syaukani juga menjelaskan adanya perbedaan pendapat dalam masalah tersebut dalam kitabnya Nailul Authar. Imam Syaukani meriwayatkan, bahwa menurut Said bin Musayyab, Rabi’ah, Ahmad, Ishaq, Daud, sebagian ulama Hanafiyah dan sebagian ulama Syafi’iyah, larangan mencukur rambut dan memotong kuku dalam hadits tersebut adalah dalam arti pengharaman (tahrim). (Imam Syaukani, Nailul Authar, hal. 1008; Abdul Muta’al Al-Jabari, Cara Berkurban).
Imam ash-Shan’ani dalam Subulus Salam mengenai masalah ini berkata,”Telah terdapat qarinah bahwa larangan itu bukanlah pengharaman.” (qad qaamat al-qarinah ‘ala anna an-nahya laysa lit tahrim).
Hadits lain yang menjadi qarinah itu adalah hadits ‘Aisyah RA, bahwa Ziyad bin Abu Sufyan pernah menulis surat kepada ‘Aisyah, bahwa Abdullah Ibnu Abbas berkata,’Barangsiapa membawa hadyu, maka haram atasnya apa-apa yang haram atas orang yang sedang haji, hingga dia menyembelih hadyu-nya.” Maka ‘Aisyah berkata,’Bukan seperti yang diucapkan Ibnu Abbas. Aku pernah menuntun tali-tali hadyu milik Rasulullah SAW dengan tanganku lalu Rasulullah SAW mengalungkan tali-tali itu dengan tangan beliau, kemudian beliau mengirimkan hadyunya bersama ayahku [Abu Bakar], maka Rasulullah tidak mengharamkan atas sesuatu yang dihalalkan oleh Allah bagi beliau hingga beliau mengembelih hadyu-nya.” (HR Bukhari dan Muslim; Imam Syaukani, Nailul Authar, Bab Anna Man Ba’atsa bi-Hadyin Lam Yahrum ‘Alaihi Syaiun Bi-Dzalika, hal. 1004-1005; Imam ash-Shan’ani, Subulus Salam, Juz IV hal. 96)
Wallahu ‘alam
Fatwa Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin tentang masalah ini :
Apabila sepuluh hari pertama (Dzulhijjah) telah masuk dan seseorang di antara kamu hendak berkurban, maka janganlah menyentuh rambut dan kulitnya sedikitpun [Hadits Riwayat Muslim]
Nas ini menegaskan bahwa yang tidak boleh mengambil rambut dan kuku adalah orang yang hendak berkurban, baik kurban itu atas nama dirinya atau untuk kedua orang tuanya atau atas nama dirinya dan kedua orang tuanya. Sebab dialah yang membeli dan membayar harganya. Adapun kedua orang tua, anak-anak dan istrinya, mereka tidak dilarang memotong rambut atau kuku mereka, sekalipun mereka diikutkan dalam kurban itu bersamanya, atau sekalipun ia yang secara sukarela membelikan hewan kurban dari uangnya sendiri untuk mereka. Adapun tentang menyikat rambut, maka perempuan boleh melakukannya sekalipun rambutnya gugur karenanya, demikian pula tidak mengapa kalau laki-laki menyikat rambut atau janggutnya lalu gugur karenanya.
Barangsiapa yang telah berniat pada pertengahan sepuluh hari pertama untuk berkurban, maka ia tidak boleh mengambil atau memotong rambut dan kukunya pada hari-hari berikutnya, dan tidak dosa apa yang terjadi sebelum berniat.
Demikian pula, ia tidak boleh mengurungkan niatnya berkurban sekalipun ia telah memotong rambut atau kukunya secara sengaja. Dan juga jangan tidak berkurban karena alasan tidak menahan diri untuk tidak memotong rambut atau kuku yang sudah menjadi kebiasaan setiap hari atau setiap minggu atau setiap dua minggu sekali. Namun jika mampu menahan diri untuk tidak memotong rambut atau kuku, maka ia wajib tidak memotongnya dan haram baginya memotongnya, sebab posisi dia pada saat itu mirip dengan orang yang menggiring hewan kurban (ke Mekkah di dalam beribadah haji). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
Artinya : Janganlah kamu mencukur (rambut) kepalamu sebelum hewan kurban ipada tempat penyembelihannya [Al-Baqarah : 196]
Wallahu a’lam
[Fatawa Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin, tanggal 8/12/1421H, dan beliau tanda tangani]
Lalu bagaimanakah hukum bagi orang yang berkurban tapi pada 10 hari Dzulhijjah memotong kuku maupun rambut ataupun janggutnya?
Tentang masalah ini terdapat fatwa lajnah da’imah lil buhut al ilmiah wal ifta
Bahwa qurbannya sah, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk kedua orang tuanya. Qurbannya tidak batal karena ia mencukur janggut atau memotong kuku selama 10 hari pertama Dzul Hijjah. Namun, ia telah melakukan perbuatan yang jelek karena telah memotong kuku pada hari-hari tersebut. Ia terjerumus ke dalam perkara mungkar karena suka mencukur janggut dan lebih besar kemungkarannya jika itu dilakukan pada 10 hari pertama Dzul Hijjah.

http://fitrahislami.wordpress.com/category/fiqh/

Jumaat, 19 Oktober 2012

KELEBIHAN-KELEBIHAN AGAMA ISLAM


Firman Allah Taala, maksudnya: " .. dan aku telah redhakan Islam menjadi agama untuk kamu .. (3, Al-Maidah).
Hadis Kesepuluh
 عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا أَسْلَمَ الْعَبْدُ فَحَسُنَ إِسْلَامُهُ يُكَفِّرُ اللَّهُ عَنْهُ كُلَّ سَيِّئَةٍ كَانَ زَلَفَهَا وَكَانَ بَعْدَ ذَلِكَ الْقِصَاصُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ وَالسَّيِّئَةُ بِمِثْلِهَا إِلَّا أَنْ يَتَجَاوَزَ اللَّهُ عَنْهَا. (البخاري)
10 - Dari Abi Sa'id Al-Khudri ra., bahawa ia telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila seseorang itu memeluk Islam,  lalu ia mengerjakan amal-amal yang membuktikan keislamannya dengan sebaik-baiknya (serta dengan ikhlas), Allah akan mengampunkan tiap-tiap kejahatan yang telah dilakukannya dahulu (sebelum Islam) dan sesudah itu dijalankanlah balasan (bagi segala amalnya) - tiap-tiap satu kebaikan (akan dibalas) dengan sepuluh kali gandanya hingga kepada tujuh ratus kali ganda dan tiap-tiap satu kejahatan (akan dibalas) dengan satu kejahatan yang menyamainya, kecuali jika Allah mengampunkannya."
(Bukhari)
Hadis yang kesepuluh ini mengandungi:
(1) Setiap orang yang masuk Islam dengan sebenar-benarnya akan diampunkan segala dosanya yang telah lalu.
(2) Sesudah ia masuk Islam, baharulah ia akan diberi balasan menurut ketetapan yang tertentu.
(3) Balasan orang yang berdosa,  terserah kepada Allah. 
Huraiannya:
Pertama - Soal orang kafir masuk Islam:
Tiap-tiap perbuatan yang dikerjakan dan kepercayaan yang dii'tikadkan oleh seseorang tetap dikira baik dan buruknya, atau pahala dan dosanya.
Tetapi orang kafir apabila masuk Islam, maka segala bawaannya meliputi perbuatan dan kepercayaan yang dilakukannya sebelum itu diampunkan dan bersihlah ia dari menanggung sebarang dosa. 
Kedua - Balasan amalnya yang dilakukan setelah memeluk Islam: 
Sesudah itu dijalankan semula hitungan tentang kepercayaan dan amal-amal yang dilakukannya, juga tentang dosa dan pahalanya, iaitu tiap-tiap satu amal kebajikan yang dikerjakannya apakala sempurna syaratnya diberi balasan sepuluh kali ganda hingga tujuh ratus kali ganda, menurut kesempurnaan amal-amal itu dan keikhlasan orang yang mengerjakannya.
Sebaliknya tiap-tiap satu amal kejahatannya - jika dikehendaki Allah - dibalas dengan hanya satu kejahatan yang sama dengannya.
Ketiga - Balasan orang yang berdosa: 
Dalam hadis ini, Rasulullah s.a.w. menerangkan satu hakikat bahawa orang yang melakukan dosa tak boleh ditentukan balasan buruknya, kerana hal itu terserah kepada Allah Azza wa jalla. 
Oleh yang demikian, tidak harus bagi seseorang menentukan balasan buruk kepada orang yang mati dalam maksiat. 
Dengan ini tertolaklah pegangan puak yang menetapkan balasan neraka kepada orang yang melakukan dosa besar dan pegangan puak yang mengatakan bahawa orang yang berdosa besar,  terkeluar dan Islam; juga tertolaknya kepercayaan puak yang menetapkan bahawa orang yang berdosa besar itu kekal dalam neraka. 
Hadis Kesebelas
 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَحْسَنَ أَحَدُكُمْ إِسْلَامَهُ فَكُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ وَكُلُّ سَيِّئَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِمِثْلِهَا. (البخاري)
11 - Dari Abu Hurairah r.a., katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila salah seorang dari kamu mengerjakan amal-amal yang membuktikan keIslamannya dengan sebaik-baiknya (serta dengan ikhlas), maka tiap-tiap kebaikan yang dikerjakannya akan ditulis baginya sepuluh kebaikan yang menyamainya hingga kepada tujuh ratus kali ganda dan tiap-tiap satu kejahatan yang dilakukannya akan ditulis baginya (satu kejahatan) yang menyamainya."
(Bukhari)
Hadis yang kesebelas ini mengandungi tentang:
Nilaian Islam terhadap kebajikan dan kejahatan: 
Huraiannya:
Islam memang ada kelebihannya dengan sifatnya agama yang sah di sisi Allah. Di antara kelebihan-kelebihan Islam ialah tiap-tiap satu amal yang baik diberi balasan sekurang-kurangnya dengan sepuluh kali ganda. Kelebihan ini tidak dapat dicapai dengan pengakuan mulut semata-mata, atau dengan sebab keturunan Islam sahaja, tetapi dicapai hanya dengan amal-amal yang baik,  yang sempurna lagi ikhlas untuk beroleh keredhaan Allah `Azza wa Jalla.
Bagi orang yang baru masuk Islam, sebagaimana yang diterangkan perihalnya dalam hadis yang kesepuluh, hendaklah - selain daripada tetapnya mematuhi Islam - masuknya dengan tujuan mencari keredhaan Allah semata-mata, bukan kerana tujuan yang lain.
Bagi orang-orang yang berketurunan Islam pula, hendaklah mereka tetap mematuhi Islam, dan mengerjakan ajaran-ajaran Islam dengan sempurna dan ikhlas!  Dengan yang demikian baharulah Islamnya itu dinilai oleh Allah Taala dan diberi balasan yang berganda-ganda.
Hadis Kedua Belas
 عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنْ الْعَمَلِ. (البخاري ومسلم)
12 - Dari Ubadah bin As-Samit r.a., dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesiapa yang meyakini serta menerangkan kebenaran bahawa sesungguhnya tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya dan bahawa sesungguhnya Nabi Muhammad ialah hambaNya dan RasulNya dan bahawa sesungguhnya Nabi Isa ialah hamba Allah dan anak hambaNya (Mariam) serta RasulNya dan (Nabi Isa juga ialah "Kalimah Allah"(1) yang telah disampaikan kepada Maryam dan (ia juga tiupan) roh daripadaNya(2) dan (bahawa) Syurga (yang dijanjikan) itu benar dan Neraka (yang dijanjikan) itu benar,  nescaya Allah akan memasukkannya ke dalam Syurga dengan apa sahaja keadaan amalnya."
(Bukhari dan Muslim)
__________________________
(1) "Kalimah Allah" yakni Nabi Isa (a.s.) dijadikan oleh Allah Taala tidak berbapa, hanya dengan kalimah "Kun" ertinya: "Jadilah engkau" maka menjadilah ia.
(2) Yakni bahawa Nabi Isa (a.s.) dikandungkan oleh ibunya: Siti Maryam yang masih gadis hanya dengan tiupan "Roh Al-Qudus" (Malaikat Jibril) yang datang kepadanya dengan perintah Allah `Azza Wa Jalla, meniupkan benih ke dalam rahimnya.
Kandungan hadis yang kedua belas ini menerangkan: 
(1) Keyakinan dan penerangan yang dengannya seseorang tetap dimasukkan ke dalam Syurga. 
(2) Islam menentang fahaman-fahaman sesat. 
Huraiannya:
Pertama - Keyakinan dan Penerangan: 
Untuk mendapat balasan baik dari Allah s.w.t. dan perlindungan dari azabNya, maka tak dapat tidak seseorang itu mestilah melafazkan kalimah syahadat iaitu menerangkan keyakinannya tentang keesaan Allah,  kerasulan Nabi Muhammad s.a.w dan menerangkan keyakinannya bahawa Nabi Isa (a.s.): Hamba Allah dan RasulNya, juga menerangkan keyakinannya tentang adanya balasan Syurga dan Neraka. 
Maka sesiapa mati dengan berpegang teguh kepada i'tikad yang demikian nescaya tetaplah ia menjadi ahli Syurga. Dalam pada itu kalaulah ia seorang yang mengerjakan perkara-perkara yang diwajibkan dan menjauhkan diri dari segala yang diharamkan, maka ia akan terus masuk Syurga;  kalau tidak maka perkaranya terserah kepada Allah - jika Allah kehendaki diazabkannya menurut dosa-dosa dan kecuaiannya, kemudian dimasukkan dia ke dalam Syurga dan jika Allah kehendaki diampunkannya dan dimasukkan dia ke dalam Syurga.
Kedua - Menentang fahaman Sesat: 
Hadis Rasulullah s.a.w. ini menerangkan asas kepercayaan Islam yang menolak bulat-bulat kepercayaan dan fahaman:
(1) Orang-orang Kristian yang mengatakan kononnya Nabi Isa anak Tuhan. 
(2) Orang-orang Yahudi yang mengingkari kerasulan Nabi Isa. 
(3) Puak-puak yang mengatakan tidak ada Syurga dan Neraka. 
http://islamgrid.gov.my/hadith/detailed.php?id=4


Majlis Pengislaman sebuah keluarga Dusun di Balai Ibadat Kg bebuloh


Nurul Huda Binti Asut @ Viviyannie Binti Asut

Vivi Dhia Afia Binti Asut @ Vivi aryantie Binti Asut

Abdul Hadi Nasrullah Bin Asut @Eddy Asrul Bin Asut

Muhammad Eddy Asrin Bin Asut @Eddy Asrin Bin Asut














Majlis Penutup Skim lanjutan 1 siri ke 84 (lelaki)